Serbu Geng, 8 Tentara Nigeria Tewas
Kamis, 16 Desember 2010 | 04:30 WIB
ABUJA, KOMPAS.com - Sejumlah prajurit dan warga sipil tewas selama penyerbuan militer Nigeria ke kamp militan di daerah penghasil minyak Delta Niger dua pekan lalu, demikian diumumkan militer.
Dalam pernyataan yang disampaikan Selasa larut malam, Kepala Staf Angkatan Darat Onyeabo Ihejirika mengatakan, delapan prajurit dan enam warga sipil tewas selama penyerbuan pasukan darat, laut dan udara terhadap kamp-kamp yang diyakini dikelola pemimpin geng terkenal John Togo di negara bagian Delta pada 1 Desember.
Militer Nigeria jarang berkomentar mengenai laporan kematian prajurit atau warga sipil dalam bentrokan di daerah Delta Niger, tempat industri minyak dan gas terbesar Afrika. Aktivis biasanya membesar-besarkan jumlah kematian warga sipil.
Presiden Nigeria Goodluck Jonathan meminta milter membangun kembali rumah-rumah yang hancur dalam penyerbuan itu.
Jumlah kematian dalam penyerbuan di sebuah daerah di Delta Niger itu simpang-siur. Kelompok hak asasi Amnesti Internasional menyatakan, mereka menerima laporan bahwa puluhan orang tewas.
Seorang aktivis yang mengunjungi desa Ayakoromo pada Jumat menyatakan, sedikitnya sembilan orang dilaporkan tewas dan puluhan rumah rusak, temasuk beberapa yang terbakar.
Miabiye Kuromiema, ketua Dewan Pemuda Ijaw, sebuah kelompok HAM di Delta Niger, mengatakan, ia berusaha mengkonfirmasi laporan-laporan mengenai jumlah kematian yang lebih besar dan korban mencakup warga sipil yang tidak berdosa.
Kelompok militan yang diyakini dikelola Togo, Pasukan Pembebasan Delta Niger, mengklaim bahwa lebih dari 100 orang tewas dalam penyerbuan pada 1 Desember.
Sasaran dalam penyerbuan itu adalah John Togo, yang kelompoknya dituduh oleh pihak berwenang melakukan perompakan, perampokan dan pemerkosaan di negara bagian Delta.
Militer menuduh Togo dan yang lain menggunakan militansi sebagai dalih untuk melakukan kejahatan. Togo menerima amnesti yang ditawarkan kepada militan oleh pemerintah Nigeria tahun lalu, namun sejak itu melakukan lagi aktivitas ilegal, kata militer.
Pada Juni 2009, almarhum Presiden Nigeria Umaru Yar`Adua melakukan salah satu upaya paling serius untuk mengendalikan kerusuhan yang membuat Nigeria gagal memproduksi lebih dari duapertiga kapasitas minyaknya, sehingga negara itu rugi milyaran dolar, dengan menawarkan amnesti tanpa syarat kepada gerilyawan.
Lebih dari 15.000 gerilyawan di daerah penghasil minyak Delta Niger dikabarkan telah menyerahkan senjata mereka dan menerima pengampunan tanpa syarat berdasarkan program presiden tersebut.
Program amnesti tawaran Yar`Adua itu, yang diberlakukan dari 6 Agustus hingga 4 Oktober 2009, bertujuan melucuti senjata militan, mendidik dan merehabilitasi militan dan penjahat di Delta Niger.
Delta Niger sejak 2006 dilanda kerusuhan oleh kelompok-kelompok bersenjata yang menyatakan berjuang untuk pembagian lebih besar dari kekayaan minyak di kawasan itu bagi penduduk setempat.
Kerusuhan itu telah menurunkan ekspor minyak Nigeria menjadi 1,8 juta barel per hari, dari 2,6 juta barel tiga setengah tahun lalu.
Geng-geng kriminal juga memanfaatkan keadaan kacau dalam penegakan hukum dan ketertiban di wilayah itu. Lebih dari 200 warga asing diculik di kawasan delta tersebut dalam dua tahun terakhir. Hampir semuanya dari orang-orang itu dibebaskan tanpa cedera.
Nigeria adalah produsen minyak terbesar Afrika namun posisi tersebut kemudian digantikan oleh Angola pada April tahun 2008, menurut Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC).
Dalam pernyataan yang disampaikan Selasa larut malam, Kepala Staf Angkatan Darat Onyeabo Ihejirika mengatakan, delapan prajurit dan enam warga sipil tewas selama penyerbuan pasukan darat, laut dan udara terhadap kamp-kamp yang diyakini dikelola pemimpin geng terkenal John Togo di negara bagian Delta pada 1 Desember.
Militer Nigeria jarang berkomentar mengenai laporan kematian prajurit atau warga sipil dalam bentrokan di daerah Delta Niger, tempat industri minyak dan gas terbesar Afrika. Aktivis biasanya membesar-besarkan jumlah kematian warga sipil.
Presiden Nigeria Goodluck Jonathan meminta milter membangun kembali rumah-rumah yang hancur dalam penyerbuan itu.
Jumlah kematian dalam penyerbuan di sebuah daerah di Delta Niger itu simpang-siur. Kelompok hak asasi Amnesti Internasional menyatakan, mereka menerima laporan bahwa puluhan orang tewas.
Seorang aktivis yang mengunjungi desa Ayakoromo pada Jumat menyatakan, sedikitnya sembilan orang dilaporkan tewas dan puluhan rumah rusak, temasuk beberapa yang terbakar.
Miabiye Kuromiema, ketua Dewan Pemuda Ijaw, sebuah kelompok HAM di Delta Niger, mengatakan, ia berusaha mengkonfirmasi laporan-laporan mengenai jumlah kematian yang lebih besar dan korban mencakup warga sipil yang tidak berdosa.
Kelompok militan yang diyakini dikelola Togo, Pasukan Pembebasan Delta Niger, mengklaim bahwa lebih dari 100 orang tewas dalam penyerbuan pada 1 Desember.
Sasaran dalam penyerbuan itu adalah John Togo, yang kelompoknya dituduh oleh pihak berwenang melakukan perompakan, perampokan dan pemerkosaan di negara bagian Delta.
Militer menuduh Togo dan yang lain menggunakan militansi sebagai dalih untuk melakukan kejahatan. Togo menerima amnesti yang ditawarkan kepada militan oleh pemerintah Nigeria tahun lalu, namun sejak itu melakukan lagi aktivitas ilegal, kata militer.
Pada Juni 2009, almarhum Presiden Nigeria Umaru Yar`Adua melakukan salah satu upaya paling serius untuk mengendalikan kerusuhan yang membuat Nigeria gagal memproduksi lebih dari duapertiga kapasitas minyaknya, sehingga negara itu rugi milyaran dolar, dengan menawarkan amnesti tanpa syarat kepada gerilyawan.
Lebih dari 15.000 gerilyawan di daerah penghasil minyak Delta Niger dikabarkan telah menyerahkan senjata mereka dan menerima pengampunan tanpa syarat berdasarkan program presiden tersebut.
Program amnesti tawaran Yar`Adua itu, yang diberlakukan dari 6 Agustus hingga 4 Oktober 2009, bertujuan melucuti senjata militan, mendidik dan merehabilitasi militan dan penjahat di Delta Niger.
Delta Niger sejak 2006 dilanda kerusuhan oleh kelompok-kelompok bersenjata yang menyatakan berjuang untuk pembagian lebih besar dari kekayaan minyak di kawasan itu bagi penduduk setempat.
Kerusuhan itu telah menurunkan ekspor minyak Nigeria menjadi 1,8 juta barel per hari, dari 2,6 juta barel tiga setengah tahun lalu.
Geng-geng kriminal juga memanfaatkan keadaan kacau dalam penegakan hukum dan ketertiban di wilayah itu. Lebih dari 200 warga asing diculik di kawasan delta tersebut dalam dua tahun terakhir. Hampir semuanya dari orang-orang itu dibebaskan tanpa cedera.
Nigeria adalah produsen minyak terbesar Afrika namun posisi tersebut kemudian digantikan oleh Angola pada April tahun 2008, menurut Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC).










0 komentar:
Posting Komentar