Kamis

Teroris

0 komentar
Teroris
Abu Tholut, Ahli Persenjataan Teroris
Selasa, 14 Desember 2010 | 19:25 WIB
KOMPAS/IWAN SETIYAWAN
Anggota Detasemen Khusus 88 Antiteror Mabes Polri mengawal ketat tersangka teroris, Abu Tholut, keluar dari Markas Kepolisan Resort Kota Besar Solo seusai diadakan jumpa pers kasus terorisme, Selasa (14/12/2010). Lima tersangka yang ditangkap di sejumlah daerah beserta barang bukti kasus terorisme dibawa ke Jakarta dengan pengawalan ketat melalui Bandara Adi Soemarmo, Boyolali.
TERKAIT:
SOLO, KOMPAS.com — Tersangka terlibat jaringan terorisme yang berhasil ditangkap di Kudus, Imron alias Abu Tholut oleh Kepolisian Republik Indonesia, dikenal sebagai ahli dalam persenjataan.
Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Iskandar Hasan, di Markas Polresta Surakarta, Selasa (14/12/2010), mengatakan, Abu Tholut merupakan ahli persenjataan yang pernah menjadi orang penting ikut terlibat dalam peperangan di Afganistan.
Imron alias Mustofa alias Abu Tholut tersebut di Indonesia bersama dengan Ubaid Dulmatin yang melaksanakan survei ke lokasi pelatihan militer, di Jantho, Nanggroe Aceh Darussalam (NAD).
Kegiatan survei yang dilakukan Abu Tholut dan kawan-kawan tersebut didanai oleh Abu Bakar Ba'asyir melalui Ubaid dan setelah pulang ke Solo, dia dan Ubaid melaporkan kegiatan di Aceh kepada Abu Bakar Ba'asyir sebagai Amir JAT.
Pada tahun 2009, Abu Tholut bersama Dulmatin, Abdulah Sunata, Ubaid, dan Warsito alias Tong JI sepakat untuk meningkatkan eksistensi pelatihan di Aceh menjadi militer persenjataan dan pembentukan Al-Qoidah Serambi Mekkah dengan Amir Abu Bakar Ba'asyir.
"Saat itu, untuk kebutuhan pendanaan akan diurus Ubaid yang berkoordinasi dengan Abu Bakar Ba'asyir," katanya.
Untuk kebutuhan persenjataan diurus oleh Dulmatin, Abdullah Sunata, dan Maulana, kemudian pelatihan militer oleh Mustaqim dan Abu Tholut.
Kadiv Humas menjelaskan, pada Februari 2010, Abu Tholut menerima uang sebesar Rp 100 juta melalui Ustaz Haris atas persetujuan Abu Bakar Ba'asyir di kantor JAT, Pejaten, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
Dana tersebut oleh Abu Tholut digunakan untuk membeli persenjataan dan amunisi untuk dipakai oleh para Mujahidin yang melaksanakan latihan perang di Aceh.
Menurut dia, keterkaitannya antara kejadian perampokan Bank CIMB Niaga di Medan, 18 Agustus 2010, dan penembakan Polsek Hamparan Perak pada 19 September 2010.
Perampokan dilakukan oleh kelompok Tony Togar alias Indra Warman dan kawan-kawan adalah beberapa pelakunya eks peserta latihan militer Aceh.
Menurut hasil keterangan Fadli Sadana, salah satu perencana Fa’i atas perampokan Bank CIMB Niaga Medan, uang dari hasil kegiatan tersebut rencananya digunakan untuk mendanai kegiatan teror.
"Mereka akan melakukan teror berupa penyerangan aset-aset asing dan warga negara asing yang di wilayah Pekanbaru dan Lampung," kata Kadiv Humas.

0 komentar: